Mahasiswa UNY Dampingi Usaha Kacang Gimbal Ibu-Ibu Petani Di Dusun Sureng Tepus Gunung Kidul

Pertanian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warga Dusun Sureng baik perempuan dan laki-laki. Biasanya laki-laki menjadi kepala dalam kegiatan pertanian tersebut. Laki-laki juga aktif dalam kegiatan pengelolaan Desa dan kelompok sadar wisata di tingkat padukuhan yang dapat dilihat dari struktur kepengurusan yang mayoritas laki-laki. Sedangkan perempuan memiliki tugas mengirim makanan sering disebut dengan Ngentun, buruh panen dan mencabut rumput-rumput. Selain itu, perempuan hanya mengikuti kegiatan PKK di padukuhan sehingga belum begitu aktif dalam pembangunan padukuhan. Hal ini terjadi karena masih adanya pandangan “Konco Wingking” yang menempatkan perempuan pada sektor-sektor rumah tangga saja sehingga produktivitasnya rendah.

Kacang Gimbal olahan HOMIKAGI (Home Industry Kacang Gimbal) berawal dari inisiatif ibu-ibu petani Dusun Sureng yang menginginkan adanya kegiatan positif bagi perempuan dan inovasi kacang tanah supaya dapat meningkatkan nilai jual kacang. HOMIKAGI merupakan kumpulan ibu-ibu petani di Dusun Sureng, Purwodadi, Tepus, Gunugkidul. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan perekonomian ibu-ibu petani. Ibu-ibu dapat belajar manajemen pengelolaan kelompok usaha bersama (KUBE) yang meliputi dasar-dasar kewirausahaan, keuangan, pemasaran, pengemasan, dan kemitraan. Selain itu, juga diberikan pelatihan-pelatihan memasak kacang gimbal sehingga terjadi peningkatan keterampilan dan pengetahuan.

Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang banyak dijumpai di daerah Tepus. Sebelumnya ibu-ibu di Dusun Sureng hanya menjual kacang dalam bentuk mentah ke pasar sekitar sehingga harganya murah. Kacang tanah kering harganya Rp 8.000 - 10.000 per kg. Kacang tanah basah harganya Rp 4.000 - 5.000 per kg. Bahkan jika musim panen raya harga kacang tanah basah bisa anjlok sampai Rp 1.500 per kg. Bagi keluarga yang hanya mengandalkan hasil pertanian rata-rata penghasilan perbulan kurang dari Rp 500.000. Keadaan ini membuat masyarakat mengalami keterbatasan ekonomi.

Pada tanggal 27 Maret 2017 dimulai dengan antusiasme 21 ibu-ibu petani yang berkumpul di Balai Padukuhan Sureng 1. Pada acara ini ibu-ibu membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan. Mengutarakan kesulitan yang selama ini dihadapi yaitu dalam hal pemasaran. Kegiatan kelompok usaha ini meliputi proses produksi, pengemasan dan pemasaran. Proses produksi dilakukan seminggu sekali dengan giliran tertentu. Pengemasan dilakukan dengan berbagai ukuran menggunakan plastik yang ditempel label. Pemasaran dilakukan dengan bekerjasama dengan toko-toko sekitar dan pusat oleh-oleh di Gunung Kidul.

Pada kegiatan ini ibu-ibu di dampingi oleh 5 orang mahasiswa UNY yang tergabung dalam program kreativitas mahasiswa yaitu Hana Wahyuni (Pend. Luar Sekolah), Enyf Fahria (Tata Boga), Devi Ellok Widaningsih (Ilmu Sejarah), Rini Yuliana (Pend. Luar Sekolah) dan Anggit Sobari (Pend. Luar Sekolah). Kelompok ini secara intensif memantau perkembangan kelompok usaha ibu-ibu HOMIKAGI. Pendekatan yang digunakan yaitu cooperative learning yang menekankan keaktifan warga belajar dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan. Selain itu juga ada experiental learning yang membekali ibu-ibu dengan pengalaman kunjungan/studi banding. Pendekatan yang digunakan di akhir yaitu learning by project dimana ibu-ibu diberikan kebebasan untuk merencanakan sampai melakukan usahanya secara mandiri dengan difasilitasi kelompok mahasiswa. Kegiatan ini menjadikan ibu-ibu sebagai subyek yang aktif dan mahasiswa sebagai mitra kerja.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu pertemuan awal, praktik memasak 1, penugasan, praktik memasak 2, diskusi kewirausahaan, kunjungan pameran, brain storming, learning by project, dan peresmian. Pada yang membahas kontrak belajar dan melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal ibu-ibu. Setelah itu, dilakukan praktik memasak yang mengajarkan resep kacang gimbal di bimbing oleh Enyf Fahria dimana ibu-ibu berhasil mempraktekkan resep tersebut meskipun masih terdapat kekurangan. Di akhir praktik kemudian diberikan penugasan untuk mematangkan kemampuan memasak kacang gimbal sekaligus dijadikan lomba antar RT. Kemudian pada praktik ke dua dilakukan pemilihan juara dan pemberian perbaikan memasak dari praktik pertama serta evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu-ibu. Setelah kemampuan dasar memasak ibu-ibu di bentuk maka dilanjutkan peningkatan kemampuan wirausaha yaitu melalui diskusi bersama. Tidak hanya teori saja ibu-ibu juga diajak untuk melihat langsung kelompok usaha yang sudah berhasil pada pameran Hari Jadi Gunungkidul tahun 2017. Dari kunjungan tersebut ibu-ibu mampu belajar mandiri dan mendapat bahan diskusi baru dalam menyusun usaha yang sedang dirintis (HOMIKAGI). Tantangan selanjutnya yaitu ibu-ibu yang harus melakukan produksi sampai pemasaran secara mandiri (learning by project). Hal ini menjadi bukti bahawa ibu-ibu memiliki kemauan dan semangat perubahan yang tinggi sehingga mampu memberikan perubahan dalam hal pengetahuan dan ekonomi. (hana)