FGD PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN DEDUKTIF BAGI PEMANDU WISATA BERBASIS INKLUSIF DI GOA PINDUL

Pada hari Rabu, 7 Agustus 2024, telah dilaksanakan kegiatan FGD dari Program Research Group (RG) dengan judul "Pengembangan Model Pelatihan Deduktif bagi Pemandu Wisata Berbasis Inklusif di Goa Pindul." Kegiatan ini berlangsung di Bejiharjo Edupark, dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB.

 

Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Tim RG, Dr. Iis Prasetyo, M.M., dengan anggota tim yang terdiri dari Prof. Dr. Entoh Tohani, M.Pd., Akhmad Rofiq, M.Pd., dan Adin Ariyanti Dewi, M.Pd. FGD tersebut merupakan lanjutan dari program pengembangan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, dengan fokus pada peningkatan kapasitas pemandu wisata dalam memberikan layanan berbasis inklusif bagi para wisatawan.

 

Pembicara dalam kegiatan ini adalah Bapak Hari Susanto, S.T., M.Eng., yang menjabat sebagai Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. Dalam sesi pemaparannya, Bapak Hari memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya pariwisata inklusif sebagai salah satu pilar dalam pengembangan industri pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Gunungkidul. Beliau juga menekankan peran strategis pemandu wisata dalam menciptakan pengalaman wisata yang inklusif dan berkesan bagi semua pengunjung, termasuk kelompok rentan dan difabel. Selain itu beliau juga menjelaskan terkait dengan kebijakan-kebijakan dari Dispar terkait dengan penerapan pariwisata berbasis inklusif.

 

Peserta atau informan dalam FGD tersebut merupakan pemandu wisata dari 10 sekertariat di kawasan wisata Goa Pindul termasuk anggota BUMDESA. Saat pemaparan materi, mereka menyimaknya dengan antusias, begitu pula saat diskusi berlangsung. Mereka diperkenalkan dengan metode pelatihan deduktif yang dirancang khusus oleh tim peneliti untuk mendukung implementasi pariwisata inklusif. Melalui metode ini, para pemandu wisata diajak untuk memahami dan mengaplikasikan konsep inklusi dalam pelayanan yang mereka berikan kepada para wisatawan.

 

Selama kegiatan FGD berlangsung, para peserta terlibat aktif dalam sesi diskusi. Kegiatan FGD tersebut ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana peserta aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman mereka dalam penerapan prinsip inklusif di lapangan. Acara kemudian diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi kegiatan.

 

Dengan terselenggaranya kegiatan FGD ini, diharapkan para pemandu wisata dapat mengimplementasikan model pariwisata berbasis inklusif di kawasan wisata Goa Pindul. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pariwisata yang ramah dan inklusif bagi semua kalangan. Tim peneliti dari UNY juga berharap kegiatan ini menjadi kontribusi nyata dalam mendukung pengembangan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Goa Pindul.